Diingatan saya, saya tidak akan pernah lupa gimana kamu datang kerumah saya, jam 12 malam, mengenakan jaket biru kamu, rambut kamu yang memang terbiasa berantakan dan saya yang sangat deg-deg-an karena kamu ternyata lebih nekat dari apapun karena bersedia datang kerumah saya tahun tahun lalu.

Tiga tahun lalu...

Saya tahu, bumi ini kian cepat berputar sampai tiga tahun yang kita lewati seakan hanya beberapa waktu. Bahkan, saya masih seperti mimpi, karena saya bisa sama kamu sekarang, hingga waktu ini. Entah kenapa saya selalu merasa bermimpi setiap mengingat betapa tidak mungkinnya kamu dan saya bisa bersama, saya terlalu urakan buat kamu dan kamu terlalu dingin dengan saya.

Tapi Tuhan ternyata punya rencana lain, entah darimana datangnya keajaiban itu hingga akhirnya kita bisa bareng dan keajaiban itu tidak berhenti karena kita akhirnya bisa bersama, tapi keajaiban itu terus berdatangan karena sekarang, separuh bahagia saya ada di kamu. Keajaiban itu tidak berhenti sampai akhirnya keajaiban itu yang justru membuat saya berhenti mencari lebih baik dari kamu.

Saya terlanjur nyaman dengan apa adanya kamu, isi pikiran kamu, topik pembicaraan kamu, semua hal kesukaan kamu, cara kamu marah dan mulai manja kepada saya, dan semua dunia kamu. Kamu selalu bilang, "gue selalu gini, yaa gini, gue apa adanya." Dan ternyata, kamu yang tidak pernah berusaha menjadi orang lain yang buat saya cinta.

Saya hanya terus berharap, kalau saya dan kamu tidak berhenti dititik manapun, tapi akan berhenti disebua titik yang bernama kematian.

Saya hanya terus meminta, kalau saya dan kamu akan terus begini, akan terus menjadi tempat pulang ternyaman dari kejamnya hidup.

Saya hanya terus meminta, tentunya kepada sang pemilik hati, sang pendengar doa semua umatNya, bahwa saya dan kamu ada di satu garis jodoh, bahwa saya dan kamu yang akan menjadi yang terakhir dan takdir, dan menjadi teman untuk menilakoni kehidupan.

dan semesta yang mengamini.

Selamat merayakan hari dimana kamu dijatuhi oleh cinta.

Dari,

Sayanya kamu.