Past, Present and Future
Di kamar gue yang temaram, gue berkali-kali melihat foto-foto kita, mengunakan jubah hitam bergaris hijau dua, topi persegi limanya dengan tali yang bergelayutan yang acap kali menganggu wajah kita. Sebuah foto yang bukan berbingkai kayu atau material lainnya. Foto ajaib yang kalian bingkai dengan senyum kebahagian dan kelegaan kalian karena satu fase telah berhasil dilalui. Gue dan kita semua tahu bagaimana jungkir baliknya kita hingga akhirnya ada dititik ini.
Dari foto ini, gue seakan diajak memutar semua cerita dan kenangan bareng kalian, sebuah jalan pembuka yang menghantarkan gue menemukan bahwa kebahagiaan bagai udara yang tak akan habis dan bersama kalian gue merasakan itu. Menjadi sebuah titik dimana gue menemukan pertemanan langka yang patut dilestarikan, karena mengesampingkan status, harta, fisik, cara berpikir bahkan tipe kepribadian. Kalian menerima tanpa memberi syarat dan ketentuan apapun.
Definisi tentang kalian; doa yang terjawab. Sedalam itu.
Buat gue bertemu kalian bukan sebuah kebetulan, tapi ada doa yang terlayang ke langit Tuhan pada sebuah malam untuk minta dipertemukan dengan orang yang akan tulus menerima aneh dan ribetnya gue, menerima gue sebagai teman, keluarga, musuh, lawan diskusi ngawur, tempat menumpahkan amarah, atau bahkan si pembersih kamar.
Tuhan menjawab, tidak hanya satu, bahkan sembilan. Gue? Mulai dari titik itu gue kembali percaya bahwa teman yang sidang kita di depan muka, marah-marah karena kita salah atau sesederhana membawakan makan malam saat jaga, ternyata masih ada. Beanar-benar ada.
Dan itu kalian. Sembilan kepala dengan sembilan kepribadian, sembilan tingkah aneh, sembilan selera makan dan film, sembilan kebiasaan dan sembilan-sembilan yang lainnya.
Lantas, sebuah kenyataan memberhentikan acara nostalgia gue, memaparkan sebuah keadaan bahwa dari titik ini, dari tempat kita berfoto bersama dan setelah kita keluar dari gedung itu. Kita akan berjalan sesuai dengan rotasi dunia kita, tidak lagi sama, tidak lagi di OrangeBox. Masing-masing kita akan ada di dunia, mimpi dan tujuan hidup yang saling berbeda.
Gue kapan ketemu kalian lagi, gaes?
Gue akan kangen kalian. Akan sangat begitu.
Bahkan sekarang sudah.
Gue si anak bontot ini pasti akan kangen tingkah kalian. Gue akan kangen dimarahin Ilmi, aduin Ayu ke Ebay karena Ayu takut sama Ebay, gangguin Pipik yang digodain-able, minta dikupasin buah sama kak Okky, ketawain polah tidurnya Silmi, dijewer Dhyta karena ga mau makan, atau dengerin nyanyian Ani-Rhoma-nya Sari.
Gue pasti kangen masa masa itu.
Gue pasti akan bandingin teman kelompok internship kalau kita tidak satu kelompok sama kalian, gue pasti akan sebel sama suami kalian kalau larang kalian ketemuan sama kita atau bawa kalian ke tempat jauh, gue pasti sesungguhnya iri sama pacar kalian karena lebih prioritas pacar ketimbang kita.
Definisi tentang kalian; doa yang terjawab. Sedalam itu.
Buat gue bertemu kalian bukan sebuah kebetulan, tapi ada doa yang terlayang ke langit Tuhan pada sebuah malam untuk minta dipertemukan dengan orang yang akan tulus menerima aneh dan ribetnya gue, menerima gue sebagai teman, keluarga, musuh, lawan diskusi ngawur, tempat menumpahkan amarah, atau bahkan si pembersih kamar.
Tuhan menjawab, tidak hanya satu, bahkan sembilan. Gue? Mulai dari titik itu gue kembali percaya bahwa teman yang sidang kita di depan muka, marah-marah karena kita salah atau sesederhana membawakan makan malam saat jaga, ternyata masih ada. Beanar-benar ada.
Dan itu kalian. Sembilan kepala dengan sembilan kepribadian, sembilan tingkah aneh, sembilan selera makan dan film, sembilan kebiasaan dan sembilan-sembilan yang lainnya.
Lantas, sebuah kenyataan memberhentikan acara nostalgia gue, memaparkan sebuah keadaan bahwa dari titik ini, dari tempat kita berfoto bersama dan setelah kita keluar dari gedung itu. Kita akan berjalan sesuai dengan rotasi dunia kita, tidak lagi sama, tidak lagi di OrangeBox. Masing-masing kita akan ada di dunia, mimpi dan tujuan hidup yang saling berbeda.
Gue kapan ketemu kalian lagi, gaes?
Gue akan kangen kalian. Akan sangat begitu.
Bahkan sekarang sudah.
Gue si anak bontot ini pasti akan kangen tingkah kalian. Gue akan kangen dimarahin Ilmi, aduin Ayu ke Ebay karena Ayu takut sama Ebay, gangguin Pipik yang digodain-able, minta dikupasin buah sama kak Okky, ketawain polah tidurnya Silmi, dijewer Dhyta karena ga mau makan, atau dengerin nyanyian Ani-Rhoma-nya Sari.
Gue pasti kangen masa masa itu.
Gue pasti akan bandingin teman kelompok internship kalau kita tidak satu kelompok sama kalian, gue pasti akan sebel sama suami kalian kalau larang kalian ketemuan sama kita atau bawa kalian ke tempat jauh, gue pasti sesungguhnya iri sama pacar kalian karena lebih prioritas pacar ketimbang kita.
Perpisahan memang hal brengsek dari sebuah pertemuan, tapi untuk kalian, kamus hidup gue telah kehilangan kata "pisah", setidaknya kalian akan abadi di hidup gue. Kalian akan tetap kalian, sudah masuk ke dalam daftar cinta ke empat dihidup gue, akan terus menjadi past, present and my future.
Terimakasih buat semua A-Z yang kalian kasih kepada gue, yang tidak bisa terurai dengan kata. Apapun itu.
Regrads,
Ayu Retno
1 komentar
Nooooooo :')
ReplyDeleteBersyukur banget bisa kenal Pno, bisa kenal lainnya. Ga membedakan teman dan saling menerima "apa adanya" masing2. Sayang bangettt pokoknya :')