the-Roti Gempol-thingy
Sekian lama absen dari dunia
per-blog-an lalu muncul dengan judul yang absurd. Yah, tentang sebuah warung
roti bakar sederhana di kota mBandung; roti gempol.
Mas partner yang sabar bersama
saya paham betul kalau saya pemilih kalau makan, kurang suka wisata kuliner
apalagi eksperimen makanan baru. Lidah saya hanya tahu dua rasa, enak dan tidak
enak. Mana bisa lidah saya tahu ini rasa lada, rasa bawang putih, rasa kemiri
apalagi rasa dengan wujud dan nama yang aneh. Jadi, kalau kita sedang mbolang,
pasti cari makanan yang aman di lidah saya.
Roti bakar, sederhana dan siapa
yang tidak suka makan roti, dalam olahan apapun, pun saya. Akhirnya lah pas ke
mBandung saya memutuskan untuk kesana, makan roti bakar di roti gempol.
Berbekal petunjuk dari mbak mbak di Google maps, sampai lah saya ke tempat
tujuan. Pokoknya tinggal searching "Roti Gempol" kemudian tanpa diminta si mbak mbak Google maps akan memberi petunjuk kemana kita harus berjalan. Tempatnya agak masuk ke dalam perumahan, tapi tidak begitu jauh dari
jalan besar dan terimakasih kepada si mbak Google maps baik hati karena memberi
petunjuk dengan tepat.
Saya memesan roti bakar keju
telur daging dengan roti gandum dan segelas kopi susu panas, pun mas partner
saya. Jangan berekspetasi lebih kalau tempat ini seperti kafe atau sejenis
tempat nongkrong yang sedang happening, bukan... hanya sebuah kedai roti bakar
biasa yang sepertinya bergabung dengan rumah si empunya. Tempat sederhana,
tidak begitu ramai, dan nyaman—versi saya yang bukan termasuk golongan suka
makan di tempat ramai apalagi tempat makan hitz ala Instagram.
![]() |
Roti bakar di roti Gempol; diambil dari Instagram SherinaSinna |
Sepanjang disana saya dan mas
partner ngobrol banyak hal, mulai dari Haji Lulung, BPJS, cerita tentang
perjalanan saya ke Bromo, cerita tentang kuliah mas partner saya, jurusan
kuliahnya, tentang kampusnya dan apa saja yang terlintas di kepala kita, sambil
merencanakan perjalanan untuk besok, menyandarkan punggung di kursi panjang
yang disediakan di sana, menyeruput kopi perlahan-lahan sebelum kopi terlanjur
dingin, karena menurut saya kopi selalu lebih baik dinikmati kala panas.
Sesekali, mengamati pengunjung yang datang, yang saya tandai kebanyakan mereka
membeli roti gandum produksi sendiri dan Addictea; sejenis teh susu yang ketika
pulang saya menjadi membawa satu untuk diicip.
Apa yang istimewa? Entah, buat
saya semua sederhana, rotinya, kopi panasnya atau tempatnya. Tapi selalu ada
perasaan senang yang muncul ketika saya mengingatnya; oleh karena itu saya
menyebutnya the Roti Gempol thingy. Ada perasaan yang membuat saya ingin
kembali ke sana, memesan roti bakar gandum dengan telur keju daging dan kopi
susu panas. Memerhatikan orang yang silih berganti memesan roti gandum dan
minta dipotong menjadi 8 atau 10 potong, memilih dan menanyakan beberapa rasa
Addictea, menikmati suara mesin kasir lama ketika orang membayar belanjaannya.
Kalau kata orang, bahagia
sederhana dan saya tidak mungkin menolak untuk setuju dengan pepatah itu.
Bahagia saya sederhana, sesederhana Roti Gempol dengan segala yang terjadi
didalamnya, sesederhana saya bisa diskusi apa saja dengan mas partner saya, dan
selalu menyebutnya dengan brain-heart-stomach-orgasm.
Level bahagia saya, brain-heart-stomach-orgasm :)
Kadang tidak perlu membayar mahal
untuk sebuah bahagia, karena saya yakin, bahagia kadang bukan tentang harga,
tapi tentang rasa.
![]() |
picture by Eugene Clara, from deviantart |
Jadi, kalau sewaktu-waktu ke mBandung, mencari makanan ringan nan enak nan tempat sepi untuk menepi dari ramainya kehidupan, coba mampir ke Roti Gempol. Siapa tahu kita bertemu dengan bahagia, dengan cerita lain disana.
0 komentar