the-Roti Gempol-thingy

By 4/01/2015

Sekian lama absen dari dunia per-blog-an lalu muncul dengan judul yang absurd. Yah, tentang sebuah warung roti bakar sederhana di kota mBandung; roti gempol.

Mas partner yang sabar bersama saya paham betul kalau saya pemilih kalau makan, kurang suka wisata kuliner apalagi eksperimen makanan baru. Lidah saya hanya tahu dua rasa, enak dan tidak enak. Mana bisa lidah saya tahu ini rasa lada, rasa bawang putih, rasa kemiri apalagi rasa dengan wujud dan nama yang aneh. Jadi, kalau kita sedang mbolang, pasti cari makanan yang aman di lidah saya.

Roti bakar, sederhana dan siapa yang tidak suka makan roti, dalam olahan apapun, pun saya. Akhirnya lah pas ke mBandung saya memutuskan untuk kesana, makan roti bakar di roti gempol. Berbekal petunjuk dari mbak mbak di Google maps, sampai lah saya ke tempat tujuan. Pokoknya tinggal searching "Roti Gempol" kemudian tanpa diminta si mbak mbak Google maps akan memberi petunjuk kemana kita harus berjalan. Tempatnya agak masuk ke dalam perumahan, tapi tidak begitu jauh dari jalan besar dan terimakasih kepada si mbak Google maps baik hati karena memberi petunjuk dengan tepat.

Saya memesan roti bakar keju telur daging dengan roti gandum dan segelas kopi susu panas, pun mas partner saya. Jangan berekspetasi lebih kalau tempat ini seperti kafe atau sejenis tempat nongkrong yang sedang happening, bukan... hanya sebuah kedai roti bakar biasa yang sepertinya bergabung dengan rumah si empunya. Tempat sederhana, tidak begitu ramai, dan nyaman—versi saya yang bukan termasuk golongan suka makan di tempat ramai apalagi tempat makan hitz ala Instagram.


Roti bakar di roti Gempol; diambil dari Instagram SherinaSinna

Sepanjang disana saya dan mas partner ngobrol banyak hal, mulai dari Haji Lulung, BPJS, cerita tentang perjalanan saya ke Bromo, cerita tentang kuliah mas partner saya, jurusan kuliahnya, tentang kampusnya dan apa saja yang terlintas di kepala kita, sambil merencanakan perjalanan untuk besok, menyandarkan punggung di kursi panjang yang disediakan di sana, menyeruput kopi perlahan-lahan sebelum kopi terlanjur dingin, karena menurut saya kopi selalu lebih baik dinikmati kala panas. Sesekali, mengamati pengunjung yang datang, yang saya tandai kebanyakan mereka membeli roti gandum produksi sendiri dan Addictea; sejenis teh susu yang ketika pulang saya menjadi membawa satu untuk diicip.

Apa yang istimewa? Entah, buat saya semua sederhana, rotinya, kopi panasnya atau tempatnya. Tapi selalu ada perasaan senang yang muncul ketika saya mengingatnya; oleh karena itu saya menyebutnya the Roti Gempol thingy. Ada perasaan yang membuat saya ingin kembali ke sana, memesan roti bakar gandum dengan telur keju daging dan kopi susu panas. Memerhatikan orang yang silih berganti memesan roti gandum dan minta dipotong menjadi 8 atau 10 potong, memilih dan menanyakan beberapa rasa Addictea, menikmati suara mesin kasir lama ketika orang membayar belanjaannya.

Kalau kata orang, bahagia sederhana dan saya tidak mungkin menolak untuk setuju dengan pepatah itu. Bahagia saya sederhana, sesederhana Roti Gempol dengan segala yang terjadi didalamnya, sesederhana saya bisa diskusi apa saja dengan mas partner saya, dan selalu menyebutnya dengan brain-heart-stomach-orgasm. Level bahagia saya, brain-heart-stomach-orgasm :)


Kadang tidak perlu membayar mahal untuk sebuah bahagia, karena saya yakin, bahagia kadang bukan tentang harga, tapi tentang rasa.


picture by Eugene Clara, from deviantart

Jadi, kalau sewaktu-waktu ke mBandung, mencari makanan ringan nan enak nan tempat sepi untuk menepi dari ramainya kehidupan, coba mampir ke Roti Gempol. Siapa tahu kita bertemu dengan bahagia, dengan cerita lain disana.

You Might Also Like

0 komentar