Bersyukurlah, Lebih Banyak

By 9/26/2014

Ceritanya sore ini, tak sengaja (bukan, bukan, ini bukan tak sengaja lewat depan rumah mu-nya Teh Desy ratnasari) lewat sebuah rumah yang sedang dibangun, ini bukan tentang rumahnya, siapa pemiliknya, bagaiman desainnya, bukan itu... tapi seorang perkerja yang menjadi fokus gue. Gue sebutnya pekerja-terlalu-muda, seorang cowok, usianya antara 15 atau 16 tahun, bahkan mungkin suaranya juga belum berubah nge-bass karena umurnya yang terlalu muda, dengan badan kurus, kaus hitam lusuh yang mungkin telah menjadi "seragam dinas"-nya, sambil tertawa pelan karena guyonan dari seorang temannya dia berjalan membawa dua ember berisi adukan semen di tangan kanan dan kirinya.


Sesore itu, dia masih mengumpulkan sisa-sisa tenanganya karena seharian sudah digunakan untuk bekerja, angkut sana, angkut sini, sedang gue, sore itu, juga sedang mengumpulkan sisa sisa tenaga, lebih tepatnya mengatur nafas yang mulai kepayahan karena jogging. Gue sama pekerja-terlalu-muda sama-sama sedang mengumpulkan tenaga untuk seseatu tapi dengan tujuan dan maksud yang berbeda. Gue? hanya sekedar olahraga, mengusahakan agar badan gue lebih kurus. Sedang si pekerja-terlalu-muda itu, gue yakin, apa yang dilakukannya lebih dari menjaga badannya supaya tetap sehat dan kurus, tapi dia mengusahakan hal yang lebih penting... mengusahakan agar hidupnya terus berlanjut dengan menjadi pekerja kasar, mengusahakan agar ibunya bisa punya uang untuk masak, mengusahakan agar adiknya bisa punya mainan baru, mengusahakan agar suatu saat, tabungan yang dia punya bisa dipakai untuk meneruskan sekolah....

Si pekerja-terlalu-muda itu-yang bahkan lebih muda dari umur gue-dia sudah bekerja seberat itu, tempat yang seharusnya bukan di sana dia berada, aktivitas yang seharusnya bukan itu yang menjadi pekerjaannya, beban tanggunannya yang seharusnya bukan segitu susah dan beratnya. 

Melihat si pekerja-terlalu-muda itu, gue sadar akan suatu hal, Tuhan maha baik kepada gue, diberi nikmat yang harusnya membuat gue lebih banyak bersyukur kepada Dia-empunya seluruh dunia dan seisinya-Tuhan. Mulai lah bersyukur untuk hal sekecil apapun. Bersyukur bukan hanya untuk iPhone 6 yang baru launching dan kita sudah punya, bukan untuk mobil keluaran terbaru yang jadi kendaraan pribadi kita, bukan untuk tiket pesawat liburan dan menginap di hotel mewah selama sebulan di Zimbabwe, bukan... bukan... karena bersyukur bukan tentang seseatu yang bisa dibeli dengan uang.

Tapi bersyukur karena gue sesederhana masih bisa menikmati waktu sore dengan hal yang lebih santai bukan mengusahakan hidup yang harusnya belum dilakukan untuk usia si pekerja-terlalu-muda. Gue bersyukur karena orangtua gue masih mampu membiayai hidup gue tanpa gue yang harus menjadi tulang punggung. Gue bersyukur, setidaknya setelah selesai gue jogging gue akan pulang kerumah, minum dengan air dingin dari kulkas, tidur diatas kasur. Bisa jadi, si pekerja-terlalu-muda itu hanya tinggal di rumah bedeng yang dibnagun dengan ala kadarnya, tidur beralaskan tikar lusuh asal bisa digunakan untuk meluruskan kaki dan merebahkan punggungnya.


Bersyukurlah karena Tuhan begitu baik.

Sebaik Dia memberi kita kesempatan kepada kita untuk melakoni hidup sesuai dengan ukuran kita-bukan menjadi seperti pekerja-terlalu-muda. Sebaik Dia, memudahkan kita untuk bernafas, mengerakan kesepeluh jari dengan mudah, berbicara tanpa kesulitan dan apapun yang sebenarnya tidak pernah kita sadari, tapi ternyata itu sebagian orang tidak dapat melakukannya semudah kita melakukannya.


Pengingat diri sendiri untuk mulai bersyukur untuk apapun, sekecil dan sesederhana apapun itu, maka nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan? gue yakin, tidak akan ada.


source: www.kumpulangambar.com

You Might Also Like

0 komentar