Jakarta Minggu Pagi

By 4/03/2016

Gue rindu minggu pagi di Jakarta, biarpun baru tidur 3 jam dan kelopak mata seperti ada gajah besar yang berbaring disana, dengan kadar nyawa hanya 20%, tapi gue harus beranjak. Tanpa mandi, tanpa perlu bedak tebal, gue siap.


Gue rindu minggu pagi di Jakarta.

Menemui di jembatan biasa, tempat kita bertemu sebelum menuju pusat Jakarta.

Kita kayuh sepeda bersama, kadang bertemu dengan pesepeda lain, kadang bertemu dengan metro mini yang terburu-buru, entah apa yang di kejar di minggu pagi di Jakarta.

Kadang gue malas mengayuh sepeda sendiri, berpegangan pada bahu mu, kita tetap melaju.


Gue rindu Jakarta di minggu paginya.

Monas terlihat.

Melewati balaikota, berbelok menuju Sarinah.


Gue rindu.

Mendengar ocehan warga Jakarta di minggu pagi tentang bagaimana mereka menghabisakan gemerlap di malam sabtu "iya kemarin sampe mabok, njing!"

Memerhatikan kelakuan warganya, yang katanya gaya hidup sehat, tapi di pojok-pojok Bundaran HI satu batang rokok bisa bergilir di kerumanan anak bocah.

Suara musik pengiring senam dengan pengeras yang memekakan telinga, pelari dengan sepatu warna-warni yang masa kini, badut-badut berjoged tak karuannya, pocong dan kuntilanak yang salah muncul di minggu pagi di tengah keramaian hingga muda mudi yang mencoba mencari peruntungan nasib mengakhiri masa jomblonya.


Jakarta.

Bagi gue, hiburan gratis selalu tersedia di sudut kota ini.



Ditengah penatnya kota Jakarta, ditengah berlomba-lombanya mencari eksistensi di kota ini, ditengah banyaknya uang yang mengalir di kota ini, Jakarta minggu pagi memberi rasa lain.



Sambil gue lanjutkan mengayuh sepeda, mencoba mencari hiburan lain dari kota ini.



You Might Also Like

0 komentar