Essential Happiness
Gue dilahirkan dari orangtua yang tak pernah gue pilih, tapi mereka memilih gue untuk dicintainya bahkan tanpa pernah mengenal siapa dan bagaimana gue sebelumnya. Lalu sekarang, gue hanya inginkan mereka bahagia, berharap semua hal yang mereka berikan akan terbayar, walau gue tahu, itu tidak akan pernah bisa membayar lunas semuanya.
Entah gue pernah atau tidak membuat orangtua gue bahagia, walaupun gue berharap sekali dalam seumur hidup pernah membuat mereka bahagia.
Ketika gue tahu, apa artinya memberi bahagia untuk orang lain, gue hanya menawarkan angka, bukan dalam bentuk uang, tapi dalam bentuk jarak. Bakti gue hanya dalam bentuk doa pada sujud, tidak lebih. Gue tidak bisa seperti kebanyakan mereka, yang mampu memijat dikala mereka letih, membuatkan teh atau apapun ketika rumah dan pintu anak dan orangtua adalah sama.
Kini yang gue tahu, level bahagia tertinggi gue sebagai seorang anak adalah ketika orang tua gue merasakan bahwa kehadiran gue di antara mereka, mampu merubah keadaan porak poranda menjadi lebih menenangkan, berapapun kadar menenangkan itu, banyak atau sedikit, segunung atau sebanyak pasir di gengaman tangan bocah usia 5 tahun. Karena kadang raga lebih baik disisi, walaupun mulut bicara jarak hanya angka yang tertera, tak pernah menjadi masalah.
Bahkan gue tidak perlu membawa gunung ke depan mata, atau laut menjadi teras rumah, menghamparkan pasir putih di depannya, tapi sebuah perasaan tenang yang mengisyaratkan cukup adanya gue. Cukup gue; sebagai anak mereka, tidak yang lainnya.
Sungguh...
Gue berharap selalu bisa menjadi demikian, menjadi salah satu penawar dalam pedihnya racun kehidupan untuk mereka, mampu memberikan rasa manis, selalu membuat kalian cukup, tidak pernah kekurangan atau lebih, untuk mengantung senyum indah digurat wajah tua milik kalian.
Ah, betapa sayangnya anak kecilmu yang jauh disana kepada kalian.
Dan gue berharap, adanya gue diantara kalian, cukup untuk kalian, ragaku cukup untuk kalian, cukup untuk membuatmu bahagia; bagiku seperti sebuah bahagia berada di khayangan.
0 komentar